Resensi Buku Sister Fillah You'll Never Be Alone

Penulis: Lisa Elfena


Judul        : Sister Fillah You’ll Never Be Alone

Penulis     : Kalis Mardiasih

Cetakan    : 1, April 2020

Penerbit    : Qanita (PT. Mizan Pustaka)

ISBN        : 978-602-402-177-1

Halaman   : 126 Halaman


Berbicara soal dunia perempuan memanglah tidak semudah mengecap rasa asin atau manis. Membicarakan dunia perempuan yang penuh kompleksitas dengan segala permasalahannya ini perlu sebuah pendekatan analitik yang dalam.

Hal ini dikarenakan permasalahan yang terjadi pada perempuan adalah sebuah permasalahan sistem dan struktur yang sudah berlangsung selama ratusan tahun. Sejak dunia menganut sistem patriarki, perempuan memang menjadi spesies manusia yang banyak mendapatkan kerugian. Hal ini yang coba dijelaskam oleh Kalis Mardiasih dalam bukunya “Sister Fillah You’ll Never Be Alone”.

Kita mengetahui bahwa perempuan mengalami berbagai pengalaman biologis dan sosial yang berbeda dengan laki-laki. Kalis mencoba melihat fenomena tersebut, dengan pandangan yang sangat khas sebagai ciri kepenulisannya. Pendekatan agama dan feminitas yang bergaya pop ia gunakan dalam menuliskan berbagai fenomena ini. 

Kalis menuliskan analisisnya terhadap fenomena yang terjadi secara faktual, dengan gaya yang cukup menggelitik. Sebagai seorang perempuan yang mengalami secara langsung apa yang sudah dituliskan oleh Kalis, ada perasaan gelisah dengan sudut bibir menyungging dengan kecut.

Hal ini karena tulisannya menyodorkan fakta yang terjadi sehari-hari, dan bagaimana pengalaman perempuan tersebut sesungguhnya adalah hal yang pait. Sebagai contoh adalah pembahasan wacana subsidi pembalut bagi warga miskin. 

Secara garis besar alur buku "Sister Fillah You’ll Never Be Alone" ini dibagi menjadi 21 sub bab bahasan, mulai dari bagaiman perempuan dan kemanusiaan yang dibahas menjadi pembuka buku, hingga masalah hak reproduksi (hal 80), dan juga bagaimana peran perempuan dalam perdamaian. 


Pada bagian sub bab pertama, Kalis mencoba menceritakan bagaimana sudut pandang perempuan terhadap kesadaran kemanusiaan. Dalam sub bab ini, Kalis menjelaskan bahwa perempuan juga multitasking, serta menjelaskan bagaimana eksistensi perempuan sebagai makhluk yang utuh. Tak lupa berbagai ayat al-quran dan sejarah yang mengiringi ayat itu turun, turut disertakan dalam mendukung penjelasannya. 

Buku ini juga menyajikan diskursus yang menjadi realita perempuan saat ini dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam sub bab pertama Kalis menyajikan fenomena diskursus soal “apakah perempuan lebih baik diam di rumah atau berkarir di ruang publik?”, tak luput Kalis mengingatkan bagaimana seharusnya posisi sosial yang menjadi diskursus publik tak begitu penting karena lebih baik mencari kesesuaian atas eksistensi dirinya sendiri. 

Lalu yang menarik dari sekian pembahasan adalah, Kalis mencoba memberikan fakta bahwa fenomena jilbab menjadi hal yang unik di era saat ini. Jilbab memberikan nuansa yang berbeda bagi perempuan Indonesia dalam menunjukan atribut fisik pada apa yang dikenakan oleh muslimah. Kalis juga menjelaskan bahwa jilbab seharusnya tidak hanya dihayati sebagai simbol kesalehan pribadi tetapi juga sebagai identitas politik yang melekat pada gerakan masa tertentu (hal 28). 

Buku "Sister Fillah You’ll Never Be Alone" membawa konsep kumpulan tulisan pendek dengan pendekatan keagamaan dan feminisme. Buku ini juga menyajikan realita keberagaman Indonesia yang turut pula mencakup isu perempuan.

Kalis memperlihatkan sejarah perempuan Indonesia dengan berbagai macam aktualisasi diri dengan berbagai kegiatannya, seperti mengurus ladang atau mencari ikan di laut. Hal ini ia bawa karena pada perkembangan zaman, terjadi fenomena ketatnya standarisasi perempuan dan juga pembatasan. Narasi yang Kalis coba bawa adalah fenomena pakaian syar’i bagi muslimah yang mendapatkan berbagai macam label. Kalis mencoba mengelaborasikan bagaimana fakta lapangan dengan fenomena standarisasi tersebut. 


Buku ini juga menyajikan beberapa kutipan dengan grafis yang sederhana sehingga mudah dipahami. Buku ini dalam kata pengantarnya dari Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm mampu dipandang untuk menjadi pilihan perempuan untuk bersikap kritis terhadap sejumlah tafsir agama yang selama ini ditafsirkan secara maskulin yang menjadikan perempuan sebagai subjek domestik dan sekunder. 

Apresiasi terhadap buku ini adalah buku ini dapat menjadi pilihan perempuan dalam melihat gambaran apa yang terjadi pada kondisi faktual perempuan di Indonesia maupun secara internasional. Seperti judul bukunya buku ini juga sarat makna untuk saling menyemangati perempuan dalam kehidupan sehari-harinya. 

Kritik untuk buku ini adalah tulisan pendek yang dijadikan antar sub-bab, sehingga keteraturan temanya sedikit rancu. Mungkin karena buku ini hanya membahas fenomena belaka. Pembaca akan mengalami kebingungan dengan konsep antar sub-bab buku ini, seperti contoh setelah pembahasan batas toxic lalu membahas pengalaman Kalis ketika berziarah. 

Namun, buku ini juga jelas menyatakan bahwa musuh utama perempuan bukanlah laki-laki, melainkan patriarki. Bahwa musuh perempuan juga bisa perempuan lain. Karena itu, penting untuk dipahami, feminisme bukanlah memusuhi laki-laki, melainkan patriarki.

*Penulis Lisa Elfena saat ini aktif bergiat di Komite International Womens Day (IWD) Solo. Lisa dapat dikontak melalui IG @elfenalisa 

No comments:

Powered by Blogger.